Rabu, 01 Januari 2014

Cikotok, Riwayatmu Kini.

Bagi Anda yang pernah mengalami masa sekolah di Indonesia, tentu tak asing dengan nama Cikotok. Betul, di pelajaran IPA atau IPS kita seringkali menemukan nama daerah ini yang disebut sebagai daerah penghasil emas. Tapi bagaimana keadaan Cikotok sekarang?

Tidak seperti namanya yang sering terdengar, jarang orang yang mengetahui atau pernah berkunjung ke Cikotok. Lokasinya yang cukup jauh dari kota besar seperti Jakarta, Rangkasbitung ataupun Sukabumi, menjadikan daerah ini jarang dikunjungi.

administratif Cikotok terletak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Sebelum pembentukan Propinsi Banten, daerah ini menjadi bagian dari Propinsi Jawa Barat.


Ada beberapa rute yang bisa dilalui untuk mencapai daerah ini. Pertama dari ibukota Propinsi Banten, Serang – Rangkasbitung – Bayah – Cikotok. Jalur lainnya dari Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Bayah – Cikotok atau jalur Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Pasir Kuray – Cikotok. Kondisi jalan relatif mulus walaupun di beberapa bagian terdapat kerusakan seperti jalan bergelombang dan berlubang.

Pemandangan pantai selatan Jawa bagian barat.
Cikotok yang dulunya ramai dengan kehidupan pertambangan, kini tak ada bedanya dengan kota kecil lainnya. Beberapa aset bangunan Unit Pertambangan Emas Cikotok (UPEC) PT Aneka Tambang kini dialihfungsikan. Kantornya pun kini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibeber.

Bekas gedung UPEC PT Aneka Tambang kini digunakan oleh SMKN 1 Cibeber.
Selain sekolah, ‘peninggalan’ aset lainnya dijadikan semacam pusat pembelajaran yang diperuntukkan untuk masyarakat sekitar. 
Cibeber Center
 Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar, setelah PT Aneka Tambang tidak lagi beroperasi di Cikotok, aset-asetnya lalu dihibahkan pada pemerintah daerah setempat. Sebuah pasar dan terminal Cikotok pun adalah bagian dari hibah tersebut.

Terminal dan pasar (di bagian belakang) Cikotok. Keduanya 'hibah' dari PT Aneka Tambang.
Mungkin timbul pertanyaan jika PT Aneka Tambang tidak beroperasi lagi di Cikotok maka itu berarti tak ada lagi aktivitas pertambangan di daerah ini? Tetap ada, tapi hanya dilakukan oleh masyarakat. Mereka inilah yang dikenal dengan istilah gurandil atau PETI (penambang emas tanpa izin).

Setiap kelompok gurandil biasanya dibiayai oleh ‘cukong’ tertentu. Mereka bekerja berdasarkan pembagian keuntungan dengan sang cukong dalam persentase tertentu. Selain itu sang cukong juga akan memberi semacam gaji tetap yang dihitung perhari dan membiayai seluruh operasional seperti membeli alat dan bahan yang digunakan.


Kegiatan PETI ini masih memberi nuansa pertambangan di Cikotok. Mereka masih sering terlihat hilir mudik berbelanja bahan ataupun mengangkut karung-karung berisi batuan. Bahkan di pasar dan pinggir jalan tak aneh menemukan iklan menerima bulion (bullion = logam mulia hasil pengolahan).
Gurandil atau PETI masih banyak terlihat di Cikotok

5 komentar:

  1. iya mba.. 'cikotok' happening banget tuh waktu di SD :D
    ternyata sekarang begitu kondisinya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. cikotok aslinya masih menggeliat. Cuma memang tidak ekonomis untuk ditambang negara. Kalau gurandil mah masih banyak dan konon hasilnya pun masih banyak juga (kalo beruntung tentu saja :)

      Hapus
  2. Benarrr tebakanku .. di awal tadi yang terngiang2 dalam ingatan adalah EMAS ... rupanya ingatan Semasa SD masih ada dikit :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang rasa-rasanya tidak ada 'pengingat' lain selain emas :)

      Hapus
  3. Saya tinggal di Cikotok, Pasir Nangka, seorang pelajar Sma di cikotok, kebetulan saya sedang mencari referensi Cikotok Pabrik emas buat KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) yang niat nya ikut lomba tinggat nasional kalo di terima profosalnya, orang tua saya pensiunan antam, yang sekarang jadi PETI juga, sebenarnya tidak ada sistem cukong, jadi masih kental saling membantu, jika seorang membuat lubang, jika sudah tembus mendapatkan urat (bhs sekitar) atau batuan emas, maka orang tsb mengajak kerabatnya untuk membantu, dan membagi rata, dan sistem sewa tanah, jadi PETI itu menambang di tanah orang, dengan membayar dengan batu emas kepada pemilik tanah, waktu di Tihang 2 (nama tempat) di situ pernah bebeledagan ( Rame ), sampai pemilik tanah mematok harga per lubang nya 3 jt,,, bahkan banyak oknum polisi yang minta bagian, dan di Tihang 2 itu banyak menelan korban jiwa,,,, Di Tihang 2 (Gombong/Cikotok) waktu rame harga batuan 1 gelas di hargai 1 jt ,,, dalam 1 beban (1 karung) itu di tihang 2 kalo beruntung di olah dapat uang ratusan juta, yang saya denger dari orang yang menjual emas,,,,

    BalasHapus