Selasa, 12 Februari 2013

Menulis Pasti Dibayar

Saya baru saja ngutak-ngatik statistik blog ini dan menemukan sesuatu yang menarik di pencarian kata kunci. Ternyata ada satu kata kunci yang sering diketikkan orang yaitu 'apakah menulis di Bobo dibayar'. Jawabannya ya tentu saja. Menulis kan juga pekerjaan. Dan seperti layaknya pekerjaan yang lain, penghargaan berupa materi tentu saja bisa didapatkan. Tapi bukan ini yang akan saya bahas. Melainkan cara pembayaran di media, terutama di Bobo.

Pengalaman saya menulis di majalah Bobo, bayarannya lancar. Tidak lama. Mungkin salah satu penyebabnya  karena saya selalu menyertakan nomor rekening di naskah yang dikirimkan. Kepedean? Memang! :) Saya sih pede saja, naskah itu bakal dimuat. Walaupun kenyataannya memang ada beberapa juga yang tidak dimuat. Tapi menurut saya ini akan memudahkan redaksi dan tentu saja menyenangkan buat penulis. Bisa dibayangkan jika penulis tidak melampirkan nomor rekeningnya, tentu pihak redaksi masih harus menghubungi penulis. Menanyakan nomor rekening, mengkonfirmasi sudah dikirim, dan lain-lain yang pastinya terimbas pada waktu pencairan yang lama.



So, jangan lupa melampirkan nomor rekeningmu ya!  Pede aja lagi :)

Pelatihan Menulis Bersama ITB 89

"Aku mau mengisi pelatihan untuk anak-anak," itu yang pertama kali kutawarkan setelah selesai membaca rencana Lokakarya Kepenulisan ITB 89. Sebagai informasi, komunitas ini beranggotakan para alumni yang pernah tercatat sebagai mahasiswa baru ITB pada tahun 1989. Wow..berapa tahun yang lalu itu *serasa tua deh :)

Lokakaryanya sendiri terbagi dua kelas, kelas dewasa dan kelas anak. Untuk kelas dewasa, tak ada masalah. Seorang pembicara mumpuni telah siap. Tinggal kelas anak-anak. Sepertinya panitia bingung juga mencari orang yang sekiranya bisa bergaul dan akrab dengan anak-anak.

Hari pun tiba. Perjalanan Bogor-Bandung nggak terasa. *thanks tebengannya ya Ratih. Waktu dua jam nggak terasa. Kami ngobrol sepanjang jalan. Seru....

Singkat kata, kami pun tiba di Bandung. Langsung berbaur dengan teman-teman yang sudah datang. Juga mulai berkenalan dengan anak-anak peserta lokakarya. Mereka adalah para 'junior' ITBangkatan 89. Lihatlah wajah-wajah mereka yang sangat antusias mengikuti pelatihan ini.

(foto koleksi rekan Mursid W/ITB 89)

Pelatihan dimulai dengan pengenalan unsur-unsur pembentuk sebuah cerita. Aku mengenalkan pada mereka masalah tema, ide, tokoh, alur dan plot, serta hal-hal yang biasanya ditemukan dalam sebuah cerita. Tak lupa  aku pun mengajak mereka untuk berlatih. Sesekali celetukan segar terdengar di sela-sela pelatihan. Aku memang menekankan pada mereka untuk berani berbuat kesalahan. Karena itu mungkin mereka jadi lebih bebas berekspresi.

Tanpa terasa waktu makan siang tiba. Saking asyiknya menikmati materi yang kuberikan, salah seorang anak menyeletuk," Hah, sudah siang. Kok nggak kerasa ya." Alhamdulillah, itu berarti mereka bisa mengikuti dengan baik. Bahkan ada juga yang bertanya aku tinggal dimana. Ketika kubilang tinggal di Bogor, sepertinya anak itu kecewa banget. Rupanya dia berharap setiap minggu aku mau mengajarinya menulis. Ada juga yang orangtua yang menanyakan kesediaanku membuka kelas online menulis untuk anak. Terharu rasanya melihat respon mereka.

Di akhir pelatihan, aku pun mengajak mereka menonton beberapa film cerita pendek. Beberapa anak (bahkan peserta dari ruang sebelah) heran. Apa hubungannya, pelatihan menulis kok malah diajak nonton? :) Tapi semuanya malah senang dan menikmati. Mereka diajak untuk menentukan unsur-unsur pembentuk cerita pada film yang ditonton.

Semoga 'bibit-bibit' ini bisa bertunas dan tumbuh sebagai penulis muda berbakat. Amin.