Bagi
Anda yang pernah mengalami masa sekolah di Indonesia, tentu tak asing dengan
nama Cikotok. Betul, di pelajaran IPA atau IPS kita seringkali menemukan nama
daerah ini yang disebut sebagai daerah penghasil emas. Tapi bagaimana keadaan
Cikotok sekarang?
Tidak
seperti namanya yang sering terdengar, jarang orang yang mengetahui atau pernah
berkunjung ke Cikotok. Lokasinya yang cukup jauh dari kota besar seperti
Jakarta, Rangkasbitung ataupun Sukabumi, menjadikan daerah ini jarang dikunjungi.
administratif Cikotok terletak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Propinsi
Banten. Sebelum pembentukan Propinsi Banten, daerah ini menjadi bagian dari
Propinsi Jawa Barat.
Ada
beberapa rute yang bisa dilalui untuk mencapai daerah ini. Pertama dari ibukota
Propinsi Banten, Serang – Rangkasbitung – Bayah – Cikotok. Jalur lainnya dari
Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Bayah – Cikotok atau jalur Sukabumi – Pelabuhan
Ratu – Pasir Kuray – Cikotok. Kondisi jalan relatif mulus walaupun di beberapa
bagian terdapat kerusakan seperti jalan bergelombang dan berlubang.
Pemandangan pantai selatan Jawa bagian barat. |
Cikotok
yang dulunya ramai dengan kehidupan pertambangan, kini tak ada bedanya dengan
kota kecil lainnya. Beberapa aset bangunan Unit Pertambangan Emas Cikotok
(UPEC) PT Aneka Tambang kini dialihfungsikan. Kantornya pun kini menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibeber.
Bekas gedung UPEC PT Aneka Tambang kini digunakan oleh SMKN 1 Cibeber. |
Selain
sekolah, ‘peninggalan’ aset lainnya dijadikan semacam pusat pembelajaran yang
diperuntukkan untuk masyarakat sekitar.
Cibeber Center |
Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar,
setelah PT Aneka Tambang tidak lagi beroperasi di Cikotok, aset-asetnya lalu
dihibahkan pada pemerintah daerah setempat. Sebuah pasar dan terminal Cikotok
pun adalah bagian dari hibah tersebut.
Terminal dan pasar (di bagian belakang) Cikotok. Keduanya 'hibah' dari PT Aneka Tambang. |
Mungkin
timbul pertanyaan jika PT Aneka Tambang tidak beroperasi lagi di Cikotok maka
itu berarti tak ada lagi aktivitas pertambangan di daerah ini? Tetap ada, tapi
hanya dilakukan oleh masyarakat. Mereka inilah yang dikenal dengan istilah
gurandil atau PETI (penambang emas tanpa izin).
Setiap
kelompok gurandil biasanya dibiayai oleh ‘cukong’ tertentu. Mereka bekerja
berdasarkan pembagian keuntungan dengan sang cukong dalam persentase tertentu.
Selain itu sang cukong juga akan memberi semacam gaji tetap yang dihitung
perhari dan membiayai seluruh operasional seperti membeli alat dan bahan yang
digunakan.
Kegiatan
PETI ini masih memberi nuansa pertambangan di Cikotok. Mereka masih sering
terlihat hilir mudik berbelanja bahan ataupun mengangkut karung-karung berisi
batuan. Bahkan di pasar dan pinggir jalan tak aneh menemukan iklan menerima
bulion (bullion = logam mulia hasil pengolahan).
Gurandil atau PETI masih banyak terlihat di Cikotok |
iya mba.. 'cikotok' happening banget tuh waktu di SD :D
BalasHapusternyata sekarang begitu kondisinya..
cikotok aslinya masih menggeliat. Cuma memang tidak ekonomis untuk ditambang negara. Kalau gurandil mah masih banyak dan konon hasilnya pun masih banyak juga (kalo beruntung tentu saja :)
HapusBenarrr tebakanku .. di awal tadi yang terngiang2 dalam ingatan adalah EMAS ... rupanya ingatan Semasa SD masih ada dikit :)
BalasHapusmemang rasa-rasanya tidak ada 'pengingat' lain selain emas :)
HapusSaya tinggal di Cikotok, Pasir Nangka, seorang pelajar Sma di cikotok, kebetulan saya sedang mencari referensi Cikotok Pabrik emas buat KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) yang niat nya ikut lomba tinggat nasional kalo di terima profosalnya, orang tua saya pensiunan antam, yang sekarang jadi PETI juga, sebenarnya tidak ada sistem cukong, jadi masih kental saling membantu, jika seorang membuat lubang, jika sudah tembus mendapatkan urat (bhs sekitar) atau batuan emas, maka orang tsb mengajak kerabatnya untuk membantu, dan membagi rata, dan sistem sewa tanah, jadi PETI itu menambang di tanah orang, dengan membayar dengan batu emas kepada pemilik tanah, waktu di Tihang 2 (nama tempat) di situ pernah bebeledagan ( Rame ), sampai pemilik tanah mematok harga per lubang nya 3 jt,,, bahkan banyak oknum polisi yang minta bagian, dan di Tihang 2 itu banyak menelan korban jiwa,,,, Di Tihang 2 (Gombong/Cikotok) waktu rame harga batuan 1 gelas di hargai 1 jt ,,, dalam 1 beban (1 karung) itu di tihang 2 kalo beruntung di olah dapat uang ratusan juta, yang saya denger dari orang yang menjual emas,,,,
BalasHapus