Selasa, 29 Mei 2012

Menulis Cerita Anak untuk Majalah BOBO



Beberapa orang sering bertanya syarat pemuatan naskah di Bobo. Sebenarnya, secara pribadi, saya tak pernah memperhatikan hal-hal seperti ini secara detil. Terus terang, saat pertama kali menulis cerita anak untuk majalah Bobo, saya belajar dari membaca majalah tersebut. Kebetulan saat itu kedua anak saya masih duduk di bangku SD dan mereka berlangganan Bobo. Dari hasil membaca itulah saya mencoba untuk menuliskan cerita anak. Jadi proses saya menulis cerita anak dari pengalaman. Tak dinyana, cerita anak yang pertama saya kirimkan langsung dimuat.

Setelah itu, saya makin rajin mengirimkan cerita anak ke Bobo. Beberapa ada yang dimuat, ada pula yang tidak dimuat. Tapi dari situ saya banyak belajar menulis cerita anak, baik yang bergenre realis maupun dongeng.

Dulu mengirimkan cerita anak ke Bobo harus dalam bentuk cetak dan dialamatkan ke redaksi Bobo. Syukurlah, mereka sekarang sudah menerima dalam bentuk email. Lebih memudahkan kan? :)

Bagi yang tertarik untuk mengirim bacaan anak ke majalah Bobo, berikut syarat teknik penulisannya. Ini saya peroleh dari postingan salah seorang teman di sebuah milis penulis bacaan anak yang saya ikuti.

1. Front arial 12 spasi 1,5.
2. Jumlah kata : 600 -700 kata untuk cerita 2 halaman, 250-300 kata untuk cerita 1 halaman.
3. Di akhir naskah cerita, jangan lupa cantumkan  nama, alamat, no telpon dan
nomer rekening, untuk pembayaran honor pemuatan.
4. Lampirkan biodata singkat penulis.
5. Naskah beserta biodata bisa dikirim via pos ke alamat redaksi Bobo, Gedung
Kompas Gramedia Majalah, Jl. Panjang No.8A, kebun Jeruk, Jakarta 11530.
atau bisa juga via email : naskahbobo@gramedia-majalah.com

Syarat untuk Penulisan Naskah Cerita :
1 Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2 Cerita tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi atau yang mengandung
SARA (Suku, Agama, Ras).
3. Tingkat kesulitan bahasa yang digunakan, harus disesuaikan dan kira-kira untuk dik
dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
4. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik.
5. Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu diketik dengan huruf Atalic.
6. Alur cerita danpermasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
7. Penulis yang naskahnya diterima, akan mendapat honor setelah naskahnya dimuat
dan mendapat majalah sebagai nomor bukti pemuatan.
8. Naskah yang tidak diterima, tidak dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan
naskah aslinya.
9. Berhubung banyaknya naskah yang diterima Redaksi Majalah Bobo, maka waktu
penantian pemuatan minimal 4 bulan.
10. Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain,
diharapkan memberitahukan ke phak redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi
pemuatan ganda.

Bila ada pertanyaan, silahkan menghubungi editor fiksi majalah Bobo telepon 021- 330170       pesawat : 33201 -33203.

Semoga membantu ya :)

Senin, 28 Mei 2012

Pede Jadi Diri Sendiri

Beberapa hari yang lalu di sebuh grup penulisan, saya menemukan ungkapan yang kurang lebih seperti ini "Yang Penting Happy, yang Penting Pede." Intinya si penulis tadi mengungkapkan pentingnya happy saat menulis.

Saya setuju banget dengan pendapat tadi. Saya bukan tipe penulis borongan, artinya menulis apa saja. Walaupun mungkin saja, kalau dicoba, saya bisa. Tapi saya tidak mau. Kenapa? Karena saya tidak merasakan  happy tadi saat menulisnya.

Salah satu genre yang paling saya hindari adalah romantis. Karena itu walaupun saat ini di jagat kepenulisan sedang heboh Lomba Novel Roman, saya tidak terpikirkan untuk ikut. Kenapa? Karena jangankan membuat, membaca yang romantis saja, bisa dibilang saya jaranggg banget. Belum tentu setahun sekali saya baca novel jenis ini.

Saya lalu mencoba menginventarisasi koleksi bacaan yang saya miliki. Ternyata, khusus novel, diantara koleksi ribuan buku yang saya miliki hanya terselip tak lebih dari sebelah tangan untuk menghitungnyaa. Itu pun biasanya karena ditodong teman untuk membeli bukunya :) Dan saya perlu perjuangan ekstra keras untuk menghabiskan novel itu!

Kembali ke masalah happy dan pede tadi. Rasanya jauh berbeda ketika saya membaca dan menulis buku-buku bertema matematika dan bacaan anak, rasanya seru banget. Tanpa beban. Konon, kata teman penulis tadi, rasa happy menuliskan sesuatu membuat kita pede. Dan itu saya rasakan betul.

Bagi saya, menuliskan tema matematika, terasa menyenangkan. Dan tentu saja saya pede habis saat menulisnya. Saya nggak peduli kalau ada yang bilang tulisan saya terlalu mudah karena 'hanya' matematika SD. Biarkan saja, toh penulis matematika SMA belum tentu bisa mudah menuliskan materi matematika SD. Selain dituntut menguasai kurikulum dan materinya, tantangan menulis buku matematika SD itu adalah bagaimana membuat pelajaran satu ini menjadi menyenangkan dan mampu menarik minat anak. Disitu tantangannya!