Kamis, 09 Januari 2014

[Bukuku] Seri Dongeng Sains

Seri Dongeng Sains
Penulis : Firmanawaty Sutan
Tahun terbit : 2013
Penerbit : PT Penerbitan Pelangi Indonesia

Seri dongeng sains terdiri dari tiga judul, masing-masing :
1. Boneka Hidup
2. Pesan Rahasia Raja Hemis
3. Piknik Air

4. Detektif Lang


Buku-buku berformat picture book dengan kertas yang tebal serta gambar yang menarik. Seperti layaknya dongeng, cerita-cerita pada buku ini pun sanggup menghibur anak-anak. Namun kelebihan utamanya adalah bermuatan sains. Misalnya pada buku Detektif Lang, diceritakan bahwa sang detektif belalang membantu Lolo Kepik menemukan pencuri topi kesayangannya. Tanpa anak sadari, setelah membaca buku ini, pembaca anak sebenarnya telah mempelajari suatu proses metamorfosis pada kupu-kupu.

Memang penulisan buku ini dilandasi dengan keinginan mengajak anak belajar sains dengan cara menyenangkan. Buku dan dongeng merupakan cara efektif untuk mengenalkan sains.

Salah satu hal menggembirakan juga adalah buku ini sempat dipamerkan di ajang pameran buku internasional Frankfurt Book Fair. Tentu menjadi kebanggan tersendiri karena diikutkan ke ajang bergengsi tersebut. 


[Kuliner Daihatsu] Terpikat Poster Kepiting

Saya termasuk salah seorang penggemar kuliner seafood. Mulai dari ikan (segala macam ikan laut), kerang, cumi, udang dan kepiting. Semuanya saya suka. Salah satu faktornya mungkin karena ‘nenek moyangku’ seorang pelaut. Eit, bukan bercanda lho, tapi karena saya memang asli Bugis Makassar. Suku yang memang sudah terkenal dengan kegemarannya pada makanan laut.

Mungkin bagi sebagian besar penikmat seafood, makan kepiting itu sedikit ribet. Tidak semua orang sabar berurusan dengan cangkang-cangkang kerasnya. Tapi bagi saya pribadi walaupun makannya sedikit ribet, tapi kenikmatan makan kepiting segar itu berbanding lurus dengan keribetannya. Nggak apa-apalah ribet sedikit, toh sekarang sudah ada alat khusus untuk menjepit kepiting. Tidak seperti waktu kecil saya dulu, nenek saya almarhum selalu membantu dengan cobekan untuk menghancurkan kulit kepiting yang segar.

Menghabiskan masa kecil dan remaja di berbagai kota di Sulawesi membentuk pola makan saya yang lebih memilih ikan (atau seafood lainnya) dibanding ayam, ikan, tempe tahu maupun telur. Tapi sayangnya, bisa dibilang, sejak menetap di Bandung dan Bogor saya jarang menyantap seafood. Penyebabnya karena di kedua kota tersebut sangat sulit menemukan bahan seafood segar.

Karena alasan itulah, saat mengunjungi daerah pantai, pilihan saya biasanya seafood. Kebetulan saat November kemarin saya diajak salah satu produsen minyak goreng berwisata kuliner di Makassar. Selain mencicipi hidangan khas Kota Anging Mamiri, para peserta juga diajak makan malam dengan menu seafood di salah satu rumah makan terkenal. Yay, ada kepiting juga. Rasanya luar biasa. Daging kepitingnya masih keras menempel, tidak seperti kepiting yang sudah tak segar yang biasa saya temukan di Jawa. Walau demikian saat digigit rasanya juicy dan terasa manis khas makanan laut.

Kepiting asam manis ala Makassar. Sulawesi Selatan.

Liburan kemarin kebetulan kami sekeluarga berkunjung ke pesisir selatan Jawa Barat. Masih teringat dengan masakan kepiting yang saya temukan di Makassar, saya pun mencoba memesan kepiting saat di Pelabuhan Ratu. Saya berasumsi karena daerah ini berada di tepi pantai, pastinya kepiting yang saya pesan segar dan enak. Tapi sayang, apa daya, saya kecewa. Kepitingnya sudah tidak segar lagi. Rasanya pun sudah tak begitu enak, padahal bumbu asam manisnya lumayan. Ceritanya kecewa deh. Tapi tetap dimakan kok, sayang sudah dipesan.

Kepiting asam manis ala Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Pemandangan kepiting lada hitam di poster Daihatsu Blog Competition membangkitkan semangat saya untuk kembali mencoba seafood bercapit ini dalam bentuk kepiting lada hitam. Terus terang saya juga baru tahu kalau makanan tersebut ternyata merupakan kuliner khas dan andalan Balikpapan. Saya pun browsing dan menemukan kepiting kenari andalan di kota tersebut . Saya berharap kalau menang di lomba ini, saya memiliki kesempatan mencoba makan kepiting kenari di Balikpapan. 







Cikotok, Potensi Wisata Tambang

Ini adalah bagian kedua dari cerita tentang Cikotok saat ini. Cerita bagian pertamanya bisa dibaca di sini.

Seperti sudah diceritakan sebelumnya, Cikotok saat ini sudah ditinggalkan oleh PT Aneka Tambang. Tapi potensi emas di daerah ini sebenarnya belum berakhir. Buktinya masih banyak terdengar cerita kesuksesan penambang emas liar yang menemukan hasil galian dengan kandungan emas tinggi.

Mungkin timbul pertanyaan, jika demikian mengapa PT Antam meninggalkan Cikotok kalau memang ternyata masih mengandung emas? Seperti halnya industri lain, industri pertambangan pun tentu saja menerapkan prinsip ekonomi dalam menentukan untung rugi jalannya perusahaan. Walaupun daerah ini terbukti masih bisa menghasilkan emas, tapi secara ekonomis tidak menguntungkan untuk dikelola. Dengan kata lain potensi kandungan emasnya sudah tidak layak secara industri.


Cikotok pun sepi dari hiruk pikuk pekerja tambang. Beberapa mess dan perumahan yang tadinya dipenuhi karyawan, kini terlihat kosong tak terawat. Beberapa dialihfungsikan untuk kepentingan masyarakat sekitar termasuk bekas kantor Unit Pengolahan Emas Cikotok PT Antam yang kini berubah menjadi bangunan SMKN 1 Cibeber.

Penulis menyempatkan berfoto di depan mess geologi UPEC PT Antam di Pasir Laban yang kini dibiarkan kosong.

Sebenarnya geliat pertambangan tidak sepenuhnya lenyap dari tempat ini. Beberapa gurandil (sebutan untuk penambang emas liar atau PETI/ penambang emas tanpa izin) masih terlihat mondar-mandir. Baik ketika berbelanja, mengangkut logistik ke lokasi lubang penggalian maupun mengangkut karung-karung hasil penggalian.

Mengingat nama besar Cikotok yang sudah tertanam di sebagian besar masyarakat Indonesia serta geliat pertambangan yang masih berdenyut, tak ada salahnya menjadikannya sebagai salah satu destinasi tujuan wisata pertambangan.


Beberapa peninggalan seperti mesin-mesin dan aset bangunan bisa dijadikan sarana pembelajaran dan pengenalan dunia tambang pada generasi muda. Wisatawan pun dapat diajak untuk mengunjungi beberapa lumbang tambang, tentu saja dengan memastikan keamanannya terlebih dahulu. Kegiatan penambangan yang dilakukan rakyat juga bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi wisatawan. 

Dulu 'lift' ini dipergunakan untuk mengangkut pekerja ke terowongan bawah tanah.

Konon di sini ada 'conveyor belt' untuk mengangkut hasil penggalian dari terowongan menuju pabrik pengolahan di Pasir Gombong.

Selain itu, Cikotok memiliki alam cukup indah dan udara sejuk. Jalan berkelok dan naik turun, khas daerah pesisir selatan Pulau Jawa memberikan pemandangan indah bagi mata.


Apabila Cikotok bisa menjadi destinasi wisata pertambangan, tentunya ini dapat mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar. Bukan tidak mungkin, ‘emas’ dalam bentuk lain kembali memakmurkan masyarakat Cikotok.

Minggu, 05 Januari 2014

ITB89 Masuk Istana (1)

Bermula saat kunjungan ke Sukabumi, saat itu ITB 89 yang terdiri dari Doddy, Lilis, Erni dan Firma ditemani tuan rumah Neneng, tercetuslah ide berkunjung ke Istana Bogor. Saat ide ini dilempatkan ke grup ITB 89 di facebook, beberapa teman-teman ternyata antusias bergabung. Mungkin karena pemilihan waktunya yang juga tepat, bersamaan dengan akhir liburan sekolah, banyak yang mengajak keluarganya sekalian berlibur ke Bogor.

Tidak banyak yang tahu prosedur masuk ke Istana Bogor. Setiap tahun, Istana Bogor biasanya terbuka untuk umum pada saat perayaan hari jadi kota Bogor tanggal 3 Juni. Selain itu ada rasa sangsi bisa masuk ke tempat tersebut. Tak heran, karena istana ini merupakan salah satu dari 6 istana yang pengelolaannya di bawah negara dalam hal ini Sekretariat Kepresidenan.

Lilis dan Ratih pun lalu ber’gerilya’ mencari informasi kemungkinan melakukan kunjungan ke Istana Bogor. Akhirnya setelah melayangkan surat resmi ke pihak istana, gayung pun bersambut. ITB 89 diterima masuk Istana Bogor tanggal 4 Januari 2014.

Pagi hari tanggal 4, sesuai kesepakatan, para ITB 89 dan keluarga sudah berkumpul di depan istana. Sebagian datang dengan mobil pribadi dan adapula yang memanfaatkan transportasi kereta dari Jakarta. Teman-teman dari Bandung bahkan mempersiapkan diri dengan menyewa bis bersama. Pilihan yang cukup bijak untuk mengurangi kepadatan kota Bogor di saat weeked seperti ini.


Sekitar jam 10, rombongan dipersilahkan masuk ke istana. Perkiraan awal mobil harus parkir di luar, ternyata bisa masuk dengan syarat meninggalkan kartu identitas di pos penjagaan. Namun tak sedikit pula yang memilih jalan kaki, sambil menikmati suasana halaman istana yang teduh dan rusa-rusa totolnya.

ITB89 memasuki gerbang Istana Bogor.

Tak lama menunggu, Pak Mukhtar dari pihak Istana Bogor serta beberapa pegawai lainnya siap memandu rombongan. Langkah yang cukup bijaksana. Kalau nggak begitu, bisa-bisa ada yang berlarian mengejar rusa. J


Perjalanan dimulai dari bagian sayap kiri gedung. Oh iya, bangunan inti Istana Bogor terdiri dari tiga bagian. Sayap kiri, ruang utama dan sayap kanan. Bentuknya simetris antara bagian kanan dan kiri. Pemandu pun sudah mewanti-wanti sebelumnya untuk menghindari kebingungan pengunjung.


Semua asyik menyimak penjelasan pemandu sebelum memasuki bagian sayap kiri istana.

Di bagian sayap kiri, pengunjung ITB 89 dan keluarga diajak melihat-lihat ruangan yang ada di bagian itu. Mulai dari kamar-kamar yang biasa dihuni tamu setingkat menteri, kamar pancawarna (kamar yang dulunya pernah digunakan delegasi 5 negara pencetus gerakan nonblok),  perpustakaan pribadi Bung Karno, ruang makan untuk jamuan kenegaraan dan ruang film yang dulu sering digunakan Bung Karno untuk menikmati film-film kegemarannya. Oh iya, pengunjung tidak bisa masuk ke beberapa bagian tertentu. Hanya cukup menengok dari bagian luar yang dibatasi. 


Di bagian belakang adalah Kamar Pancawarna.
Beberapa lukisan monumental juga bisa terlihat menghiasi dinding ruang film. Mulai dari lukisan ‘Upacara Perkawinan Rusia’ (konon di dunia, hanya ada tiga lukisan seperti ini. Dua diantaranya ada di Indonesia. Dan tragisnya tidak ada lagi di Rusia).


Ada pula lukisan yang menceritakan epik Jaka Tarub saat mengintip para bidadari mandi di sungai. Uniknya, kalau biasanya kita membaca epiknya pasti kita ingat bahwa ada 7 bidadari dalam adegan tersebut. Namun di lukisan karya Basuki Abdullah tersebut hanya terlihat 6 bidadari saja. Hingga pemandu pun berseloroh, jangan-jangan seorang bidadari tersebut ternyata hadir berbaur di antara ITB 89. Gurauan yang menimbulkan decak misteri di antara pengunjung.

ITB89 Masuk Istana (2)

Memasuki Ruang Teratai, ITB 89 disuguhi lukisan presiden yang pernah memimpin Indonesia. Pastinya tahun 2014 ini akan ada pengaturan baru mengingat Presiden SBY sekarang tidak bisa lagi mencalonkan diri. J Ruangan ini dinamakan Ruang Teratai karena hiasan teratai memenuhi bagian atas ruangan. Di bagian lain juga terpajang dua cermin kecil bermotif bulan dan matahari yang konon merupakan hadiah dari Raja Spanyol.

Oh iya, Ruang Teratai ini merupakan ruang terpenting di Istana bogor. Karena di sinilah Presiden biasanya menerima tamu-tamu penting dari negara lain. Di depan ruangan ini adalah teras depan istana yang menghadap ke taman depan.

Beranjak dari sini, pengunjung diajak ke Ruang Garuda yang letaknya di belakang Ruang Teratai. Oh ya, antara kedua ruangan ini terdapat suatu tempat yang merupakan favorit sebagian besar pengunjung yaitu Ruang Kaca 1000. Sebenarnya tidak tepat juga kalau disebut ruangan karena ini hanya merupakan penghubung kedua ruangan penting tadi. Yang istimewa ya itu tadi, adanya kaca atau cermin yang (konon) kabarnya bisa memantulkan gambar hingga 1000 bayangan. Psst, rahasia ya, kata pemandunya sih kalau dihitung sebenarnya ada bayangan kurang lebih 428.

Tidak berlebihan jika tempat ini menjadi favorit. Setiap pengunjung yang lewat di antara kedua cermin itu pasti menyempatkan diri melihat bayangannya yang saling dipantulkan. Kunjungan saya sebelumnya, waktu itu dalam rangka ulang tahun Bogor, tingkah pengunjung pun sama. Tidak peduli orang dewasa maupun anak-anak, semuanya pasti berkaca.

Selain itu keistimewaan lain tempat ini adalah pada posisinya. Pengunjung diarahkan menengok ke atas dan membayangkan bahwa tempat ini tepat berada di bawah kubah istana. Dan tempat ini pula yang menjadi dasar titik 0 km jarak Bogor – Jakarta. Memang kalau ditarik garis lurus imajiner ke depan, titik ini akan searah dengan pertigaan jalan Sudirman – Juanda – Jalak Harupat (Lapangan Sempur). Dulu kala pertigaan ini adalah bagian dari jalan Jakarta-Bogor sebelum adanya jalan tol Jagorawi. Pak Mukhtar juga menambahkan bahwa jalan ini merupakan suatu garis lurus dengan Istana Merdeka di Jakarta. Wallahu alam.

Memasuki Ruang Garuda, pengunjung disuguhi cerita tentang pertunjukan seni yang sering diadakan di ruangan ini. Bahkan di bagian atasnya dulu terdapat tempat para musisi beraksi secara live. Banyak pengunjung mungkin lalu membayangkan berada di gedung teater. Ruangan ini memang sepertinya dirancang sedemikian rupa untuk keperluan itu.

Menuju teras belakang, kita bisa memandang hamparan taman belakang istana. Beberapa pohon besar menaungi beberapa patung di sini. Bisa dibayangkan pejabat Belanda saat itu menikmati suasana sambil ditemani isteri dan anak-anaknya. 


Pemandangan teras belakang istana.

Selepas teras belakang, ITB 89 diarahkan ke sayap kanan istana. Di sinilah biasanya wapres dan tamu negara setingkat kepala negara. Sebenarnya dari Ruang Teratai bisa menembus ke sayap kanan tanpa harus melalui teras belakang. Ternyata itu karena terdapat kamar di bagian sayap kanan yang merupakan kamar tidur Presiden SBY jika berkunjung ke Bogor.


Sebagian peserta asyik menyimak penjelasan dari pemandu, Pak Mukhtar. 

Puas melihat suasana di sayap kanan istana, ITB 89 diarahkan ke bagian depan istana. Konon di sana ada patung yang sering jadi buah bibir perbincangan, yaitu patung Denok. Banyak pengunjung yang penasaran, seperti apa rupa si Denok ini. Mengingat sebelumnya sudah banyak patung-patung wanita cantik yang dinikmati selama memasuki taman istana.

Benar saja, Denok sudah menanti di sebelah kanan depan istana. Namanya pun terpahat jelas di bagian bawah tempatnya berjongkok. Dibanding patung lain, Denok sedikit lebih bongsor. Selain itu sebenarnya tidak terlihat keistimewaan lainnya. Ternyata, oh ternyata, si Denok ini istimewa karena konon bagian-bagian tubuhnya terpahat mengikuti lekuk tubuh wanita terseksi masa itu.

Konon model pematung Trubus saat menciptakan Denok diambil dari Ara, seorang gadis pekerja istana yang waktu itu masih berusia 16 tahun. Nah walaupun Ara menjadi model awalnya, tapi bagian tubuh lainnya mencontoh wanita lain yang kebetulan bagian tubuh yang lebih baik dari Ara.


Kunjungan ITB 89 ke Istana Bogor berakhir di teras depan istana. Di sanalah, Presiden RI menyambut tamu-tamunya ketika turun dari kendaraan yang mengantarkan. Di sana pula para menteri berfoto setelah berkunjung ke istana. Di sana pula para peserta penataran Pancasila pada jaman Orba berfoto. Dan sepertinya tempat itu memang menjadi favorit pengunjung berfoto usai berkunjung ke Istana Bogor.


ITB89 menyempatkan berfoto di teras depan istana.

ITB 89 pun mengakhiri kunjungannya di tangga itu. Disaksikan Patung Marhaen dan beberapa pengarah gaya, ITB 89 pun berfoto ria. Mulai dari edisi serius hingga edisi heboh. Mulai dari alumni, pasangan (suami/isteri) ITB 89 maupun junior ITB 89 semuanya berfoto. Kapan lagi bisa berjumpa di istana? J

Rabu, 01 Januari 2014

Cikotok, Riwayatmu Kini.

Bagi Anda yang pernah mengalami masa sekolah di Indonesia, tentu tak asing dengan nama Cikotok. Betul, di pelajaran IPA atau IPS kita seringkali menemukan nama daerah ini yang disebut sebagai daerah penghasil emas. Tapi bagaimana keadaan Cikotok sekarang?

Tidak seperti namanya yang sering terdengar, jarang orang yang mengetahui atau pernah berkunjung ke Cikotok. Lokasinya yang cukup jauh dari kota besar seperti Jakarta, Rangkasbitung ataupun Sukabumi, menjadikan daerah ini jarang dikunjungi.

administratif Cikotok terletak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Sebelum pembentukan Propinsi Banten, daerah ini menjadi bagian dari Propinsi Jawa Barat.


Ada beberapa rute yang bisa dilalui untuk mencapai daerah ini. Pertama dari ibukota Propinsi Banten, Serang – Rangkasbitung – Bayah – Cikotok. Jalur lainnya dari Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Bayah – Cikotok atau jalur Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Pasir Kuray – Cikotok. Kondisi jalan relatif mulus walaupun di beberapa bagian terdapat kerusakan seperti jalan bergelombang dan berlubang.

Pemandangan pantai selatan Jawa bagian barat.
Cikotok yang dulunya ramai dengan kehidupan pertambangan, kini tak ada bedanya dengan kota kecil lainnya. Beberapa aset bangunan Unit Pertambangan Emas Cikotok (UPEC) PT Aneka Tambang kini dialihfungsikan. Kantornya pun kini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibeber.

Bekas gedung UPEC PT Aneka Tambang kini digunakan oleh SMKN 1 Cibeber.
Selain sekolah, ‘peninggalan’ aset lainnya dijadikan semacam pusat pembelajaran yang diperuntukkan untuk masyarakat sekitar. 
Cibeber Center
 Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar, setelah PT Aneka Tambang tidak lagi beroperasi di Cikotok, aset-asetnya lalu dihibahkan pada pemerintah daerah setempat. Sebuah pasar dan terminal Cikotok pun adalah bagian dari hibah tersebut.

Terminal dan pasar (di bagian belakang) Cikotok. Keduanya 'hibah' dari PT Aneka Tambang.
Mungkin timbul pertanyaan jika PT Aneka Tambang tidak beroperasi lagi di Cikotok maka itu berarti tak ada lagi aktivitas pertambangan di daerah ini? Tetap ada, tapi hanya dilakukan oleh masyarakat. Mereka inilah yang dikenal dengan istilah gurandil atau PETI (penambang emas tanpa izin).

Setiap kelompok gurandil biasanya dibiayai oleh ‘cukong’ tertentu. Mereka bekerja berdasarkan pembagian keuntungan dengan sang cukong dalam persentase tertentu. Selain itu sang cukong juga akan memberi semacam gaji tetap yang dihitung perhari dan membiayai seluruh operasional seperti membeli alat dan bahan yang digunakan.


Kegiatan PETI ini masih memberi nuansa pertambangan di Cikotok. Mereka masih sering terlihat hilir mudik berbelanja bahan ataupun mengangkut karung-karung berisi batuan. Bahkan di pasar dan pinggir jalan tak aneh menemukan iklan menerima bulion (bullion = logam mulia hasil pengolahan).
Gurandil atau PETI masih banyak terlihat di Cikotok