Kamis, 26 Desember 2013

Menguak Sejarah di Situs Megalithikum Gunung Padang, Cianjur (1)

Membuat judulya kok terasa serius banget ya? Hehe, padahal sih menguak sejarah di sini bukan dalam arti berat lho. Hanya mengajak anak-anak berkunjung ke tempat yang (mungkin) mengandung arti sejarah.

Pilihan jatuh ke Gunung Padang karena kontroversi yang beredar di masyarakat. Penasaran dengan (katanya) kehidupan purba yang pernah hadir di tatar Sunda. Bahkan tidak sedikit yang menduga (dan berharap) bahwa situs ini nantinya bisa menyaingi kebesaran piramid. Dan kalau hal itu terjadi, tentunya kita pun bangga bahwa nenek moyang kita pun pernah memiliki peradaban yang tak kalah dengan bangsa lainnya.

Pencapaian Lokasi
Berkunjung ke situs Gunung Padang lumayan mudah. Letaknya berada di jalan raya Cianjur-Sukabumi. Ada dua alternatif jalan yang bisa dilalui dari Jakarta. Kita bisa melalui Sukabumi lalu berbelok ke arah Cianjur. Atau sebaliknya melalui Puncak, Cianjur dan akhirnya berbelok ke arah Sukabumi.

Kondisi jalan cukup bagus dengan papan penunjuk arah yang cukup jelas. Dijamin wisatawan kecil kemungkinannya tersesat menuju lokasi. Tapi sayang selepas jalan utama, jalan kampung sepanjang kurang lebih 20 km menuju lokasi banyak rusak dan tidak nyaman. Kecuali menjelang 6 kilometer terakhir yang lumayan bagus. Berita baiknya adalah adanya transportasi umum angkutan pedesaan selepas jalan utama. Jadi pengunjung yang tidak membawa kendaraan sendiri cukup naik angkutan pedesaan.



Tapi nggak usah kecewa dengan kondisi jalan yang buruk. Berita baiknya di beberapa bagian, kita bisa menikmati pemandangan yang memanjakan hati.



Bersih dan Terawat
Memasuki kawasan Gunung Padang, saya mendapatkan kesan bersih dan terawat. Entahlah, mungkin juga karena sebagai kawasan pariwisata masih terbilang baru. Jadi masih serba rapi dan teratur. Tempat parkir yang tersedia cukup menampung puluhan mobil. Kamar mandi, toilet dan mushola tersedia. Warung-warung pun tertata rapi. Hanya sayangnya kesadaran pengunjung masih kurang. Masih sering dijumpai sampah berserakan dimana-mana.


Dari tempat parkir, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 500 meter hingga mencapai pintu gerbang situs megalithikum ini. Harga karcis masuk ke dalam 2000 rupiah. Pengunjung bisa meminta jasa pemandu jika menginginkan.

Perjalanan ke atas menuju situs cukup terjal. Tapi syukurlah sudah ada tangga batu yang memadai untuk menuju puncak.


Situs Megalithikum
Sesampai di atas, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan morfologi daerah sekitar yang indah luar biasa. Sayangnya waktu kami berkunjung, cuaca sedang tidak bersahabat. Kabut menutupi gunung-gunung di sekitar Gunung Padang. Konon kalau kita memandang puncaknya, maka situs ini menghadap ke arah Gunung Gde.

Selain pemandangan indah, di sini pun akan kita dapat pemandangan yang tidak lazim yaitu banyaknya batuan-batuan berbentuk balok yang tersebar di ketinggian gunung. Karena itu hal ini menimbulkan pro dan kontra tentang tempat ini. Ada yang beranggapan tempat ini merupakan tempat pemujaan yang usianya  jauh lebih tua dari Candi Borobudur.


Selain batuan yang mungkin menjadi bagian dari suatu bangunan masa lampau, di sini juga bisa ditemukan struktur tangga seperti tempat pemujaan. Adapulan menhir dan dolmen yang dipercaya merupakan sarana untuk meletakkan persembahan pada jaman dahulu. Sayangnya tidak ditemukan adanya prasasti yang bisa digunakan untuk menguak misteri yang ada di Gunung Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar