Selasa, 21 Mei 2013

(Resensi Buku) Cleo, The Savior of Volanian


Judul : Cleo, The Savior of Volanian
Penulis : Ina Inong
Genre : Novel
Penerbit : Penerbitan Pelangi Indonesia
Tahun : 2013
Jumlah : 204 halaman


Cleo kesal, kegemarannya bermain game komputer terhalang. Papa menghukumnya karena menilai Cleo terlalu banyak bermain game. Dia pun lalu mencoba berbagai cara agar bisa memainkan game andalannya, The Creator.
Kekesalannya makin memuncak karena karakter pada game yang diciptakannya hilang. Padahal dia berniat mengikut sertakan karakter dan setting  yang diciptakannya dalam kompetisi yang diadakan perusahaan pembuat game.
Ina Inong, sang penulis, sangat jeli menangkap gejala yang sering ditemukan saat ini. Siapa sih anak yang tidak suka bermain game online? Anak-anak seperti ini diwakili oleh Cleo. Penulis pun menghadirkan tokoh Corine, sang belieber, sebutan untuk penggemar Justin Bieber. Kedua karakter ini terasa begitu dekat dengan dunia keseharian anak jaman sekarang.
Cleo akhirnya menemukan penyebab dari hilangnya karakter pemainnya. Secara tak sengaja dia berjumpa dengan Oguz, panglima tinggi negeri Volan. Karakter dan negeri yang diciptakan Cleo dalam gamenya.
Kehadiran kembali bangsa Volanian ini menimbulkan dendam Lord Arthus, tokoh Foreon, lawan bangsa Volanian. Dia ingin memusnahkan kembali negeri tersebut. Dia bahkan bisa menyusup dalam kehidupan nyata, menjadi calon walikota terkuat dan berencana menghancurkan perpustakaan tua, tempat pengungsian sementara bangsa Volanian.
Konon salah satu unsur yang menjadikan sebuah buku anak berhasil adalah jika pemecahan masalah dilakukan oleh sang anak, dan bukan semata mengandalkan orang dewasa. Pendekatan seperti ini dilakukan dengan sangat jitu oleh penulis. Diangkat sebagai oddar, sang penyelamat, Cleo berusaha menghalangi usaha Lord Arthus. Mulai dari mengerahkan teman-temannya berdemo (hal 96), menemui Pak Walikota (hal 100) dan calon walikota saingan Lord Arthus (hal 105) hingga akhirnya menyusup masuk ke Volanian.
Pertempuran dalam cerita digambarkan heroik dan seru namun tak ada satupun adegan kekerasan yang mengumbar darah. Karena digambarkan bangsa Foreon terbuat dari api maka bangsa Volanian melawannya dengan air. Sebuah usaha cerdik Ina untuk menghindari adegan kekerasan. Bahkan saat Cleo akhirnya memberi senjata pada bangsa Volanian, dia memilihkan pistol air (hal 203).
Saat lauching novel ini, penulis menceritakan alasannya memilih setting Andalusia karena ingin menghadirkan kejayaan Islam di masa lampau (Story edisi 44, Mei 2013). Niat yang sangat baik namun sepertinya tidak berhasil karena yang tercipta justru gap antara dunia nyata dan dunia game. Bahkan kadang terasa janggal, misalnya saat Oberon menyimpan shrinkipopis di suatu mesjid. Ini menimbulkan tanda tanya, apakah itu berarti Oberon (pemimpin spiritual) adalah seorang muslim? Padahal tak pernah sekalipun diceritakan agama dan keyakinan bangsa Volanian.
Secara umum buku ini sangat menarik. Tidak banyak penulis lokal yang berhasil membuat novel fantasi yang tidak melenceng jauh dari logika umum. Tampilan fisik buku juga sangat menarik. Covernya mampu mengundang fantasi tersendiri. Salut!

Peresensi : Firma Sutan
Resensi ini diikutkan pada lomba yang diadakan 



3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Dan kesimpulannya adalah mengapa buku ini gk banyak org yg tahu sampai tdk ada dalam data goodsreads :(

    ada beberapa buku yg kusukai dari teensfavorite pelangi indo tapi tdk ada yg tahu?

    buktinya aja sampai di puji oleh penulis favoritku seperti Djokolelono-sampai penulis favoritku dlm dunia fantasteen si billy briliant.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hay Bayu salam kenal. Karena salah satu kesulitan pengarang adalah kalau penerbitnya sendiri malas untuk promosi :D

      Hapus