Senin, 28 Mei 2012

Pede Jadi Diri Sendiri

Beberapa hari yang lalu di sebuh grup penulisan, saya menemukan ungkapan yang kurang lebih seperti ini "Yang Penting Happy, yang Penting Pede." Intinya si penulis tadi mengungkapkan pentingnya happy saat menulis.

Saya setuju banget dengan pendapat tadi. Saya bukan tipe penulis borongan, artinya menulis apa saja. Walaupun mungkin saja, kalau dicoba, saya bisa. Tapi saya tidak mau. Kenapa? Karena saya tidak merasakan  happy tadi saat menulisnya.

Salah satu genre yang paling saya hindari adalah romantis. Karena itu walaupun saat ini di jagat kepenulisan sedang heboh Lomba Novel Roman, saya tidak terpikirkan untuk ikut. Kenapa? Karena jangankan membuat, membaca yang romantis saja, bisa dibilang saya jaranggg banget. Belum tentu setahun sekali saya baca novel jenis ini.

Saya lalu mencoba menginventarisasi koleksi bacaan yang saya miliki. Ternyata, khusus novel, diantara koleksi ribuan buku yang saya miliki hanya terselip tak lebih dari sebelah tangan untuk menghitungnyaa. Itu pun biasanya karena ditodong teman untuk membeli bukunya :) Dan saya perlu perjuangan ekstra keras untuk menghabiskan novel itu!

Kembali ke masalah happy dan pede tadi. Rasanya jauh berbeda ketika saya membaca dan menulis buku-buku bertema matematika dan bacaan anak, rasanya seru banget. Tanpa beban. Konon, kata teman penulis tadi, rasa happy menuliskan sesuatu membuat kita pede. Dan itu saya rasakan betul.

Bagi saya, menuliskan tema matematika, terasa menyenangkan. Dan tentu saja saya pede habis saat menulisnya. Saya nggak peduli kalau ada yang bilang tulisan saya terlalu mudah karena 'hanya' matematika SD. Biarkan saja, toh penulis matematika SMA belum tentu bisa mudah menuliskan materi matematika SD. Selain dituntut menguasai kurikulum dan materinya, tantangan menulis buku matematika SD itu adalah bagaimana membuat pelajaran satu ini menjadi menyenangkan dan mampu menarik minat anak. Disitu tantangannya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar