Bermula
saat kunjungan ke Sukabumi, saat itu ITB 89 yang terdiri dari Doddy, Lilis,
Erni dan Firma ditemani tuan rumah Neneng, tercetuslah ide berkunjung ke Istana
Bogor. Saat ide ini dilempatkan ke grup ITB 89 di facebook, beberapa
teman-teman ternyata antusias bergabung. Mungkin karena pemilihan waktunya yang
juga tepat, bersamaan dengan akhir liburan sekolah, banyak yang mengajak
keluarganya sekalian berlibur ke Bogor.
Tidak
banyak yang tahu prosedur masuk ke Istana Bogor. Setiap tahun, Istana Bogor
biasanya terbuka untuk umum pada saat perayaan hari jadi kota Bogor tanggal 3
Juni. Selain itu ada rasa sangsi bisa masuk ke tempat tersebut. Tak heran,
karena istana ini merupakan salah satu dari 6 istana yang pengelolaannya di
bawah negara dalam hal ini Sekretariat Kepresidenan.
Lilis
dan Ratih pun lalu ber’gerilya’ mencari informasi kemungkinan melakukan
kunjungan ke Istana Bogor. Akhirnya setelah melayangkan surat resmi ke pihak
istana, gayung pun bersambut. ITB 89 diterima masuk Istana Bogor tanggal 4
Januari 2014.
Pagi
hari tanggal 4, sesuai kesepakatan, para ITB 89 dan keluarga sudah berkumpul di
depan istana. Sebagian datang dengan mobil pribadi dan adapula yang
memanfaatkan transportasi kereta dari Jakarta. Teman-teman dari Bandung bahkan
mempersiapkan diri dengan menyewa bis bersama. Pilihan yang cukup bijak untuk
mengurangi kepadatan kota Bogor di saat weeked seperti ini.
Sekitar
jam 10, rombongan dipersilahkan masuk ke istana. Perkiraan awal mobil harus
parkir di luar, ternyata bisa masuk dengan syarat meninggalkan kartu identitas
di pos penjagaan. Namun tak sedikit pula yang memilih jalan kaki, sambil
menikmati suasana halaman istana yang teduh dan rusa-rusa totolnya.
Tak
lama menunggu, Pak Mukhtar dari pihak Istana Bogor serta beberapa pegawai
lainnya siap memandu rombongan. Langkah yang cukup bijaksana. Kalau nggak
begitu, bisa-bisa ada yang berlarian mengejar rusa. J
Perjalanan
dimulai dari bagian sayap kiri gedung. Oh iya, bangunan inti Istana Bogor
terdiri dari tiga bagian. Sayap kiri, ruang utama dan sayap kanan. Bentuknya
simetris antara bagian kanan dan kiri. Pemandu pun sudah mewanti-wanti
sebelumnya untuk menghindari kebingungan pengunjung.
Di
bagian sayap kiri, pengunjung ITB 89 dan keluarga diajak melihat-lihat ruangan
yang ada di bagian itu. Mulai dari kamar-kamar yang biasa dihuni tamu setingkat
menteri, kamar pancawarna (kamar yang dulunya pernah digunakan delegasi 5
negara pencetus gerakan nonblok),
perpustakaan pribadi Bung Karno, ruang makan untuk jamuan kenegaraan dan
ruang film yang dulu sering digunakan Bung Karno untuk menikmati film-film
kegemarannya. Oh iya, pengunjung tidak bisa masuk ke beberapa bagian tertentu.
Hanya cukup menengok dari bagian luar yang dibatasi.
Di bagian belakang adalah Kamar Pancawarna. |
Beberapa
lukisan monumental juga bisa terlihat menghiasi dinding ruang film. Mulai dari
lukisan ‘Upacara Perkawinan Rusia’ (konon di dunia, hanya ada tiga lukisan
seperti ini. Dua diantaranya ada di Indonesia. Dan tragisnya tidak ada lagi di
Rusia).
Ada
pula lukisan yang menceritakan epik Jaka Tarub saat mengintip para bidadari
mandi di sungai. Uniknya, kalau biasanya kita membaca epiknya pasti kita ingat
bahwa ada 7 bidadari dalam adegan tersebut. Namun di lukisan karya Basuki
Abdullah tersebut hanya terlihat 6 bidadari saja. Hingga pemandu pun
berseloroh, jangan-jangan seorang bidadari tersebut ternyata hadir berbaur di
antara ITB 89. Gurauan yang menimbulkan decak misteri di antara pengunjung.
seneng ih, msh pd kompak yah..
BalasHapuskayaknya faktor u. Mau reuni perak kan tahun ini, jadi semangat ngumpulnya besar :D
Hapus